Beberapa waktu lalu aku gowes ke Klangon dari Prambanan secara non-stop.

Oke. Mungkin hal tersebut bukan sesuatu yang impresif buat banyak pesepeda. Mungkin udah pada sering, mungkin ada yang bisa melakukannya dengan satu tangan, dsb. Tapi yang buatku, yang kulakukan kemaren itu menjadi sebuah pencapaian dan pembuktian.


Setelah mulai gowes lagi, setelah beberapa waktu mendalami performa pergowesan, dan setelah menerapkan latian-latian untuk meningkatkan performa, aku ingin melakukan sebuah pembuktian. Pembuktian apakah, dengan kondisi performaku, dipadu dengan data-data yang bisa aku ambil dari beberapa sumber, aku bisa membuat planning pacing untuk sebuah gowes yang cukup akurat.

Untuk pembuktian ini, aku menerapkan di sebuah ride dengan tujuan yang aku belum pernah sama sekali yaitu dari Prambanan ke Klangon. Goalnya adalah aku bisa mencapai Klangon secara non-stop – sama sekali tanpa istirahat, termasuk tidak boleh nuntun, di tengah perjalanan.

Facts

  • Aku belum pernah gowes ke Klangon sama sekali. Udah pernah ke Klangon pake mobil jadi udah punya gambaran kaya gimana beratnya kalo pake sepeda.
  • Dari 4 “titik tertinggi” lereng selatan Merapi, belum ada satu pun yang aku pernah gowes secara non-stop. Terakhir ke Goa Jepang beberapa bulan lalu dan itu belum non-stop.
  • FTP (functional threshold power) ku cuma 170an Watt (terakhir test awal Juni 2022) dengan berat badan 69–70 kg ⇒ 2,4 W/kg (buat perbandingan, peserta Tour de France ada yang sampai 7 W/kg)

Gathering data and analyzing them

  • Kebetulan aku ada temen, Eenk, yang punya berat badan mirip-mirip, pake sepeda karbon, dan sama-sama pake power meter dengan merk yang sama. Jadi aku minta dia nunjukin data ride-ride dia untuk rute yang bakal jadi ajang pembuktian.
  • Yang pertama aku analisa adalah apakah memungkinkan apa enggak secara umum. Berapa avg power dan durasinya. Eenk, untuk segment Prambanan - Klangon Endurance Climb butuh avg power 176W dengan durasi 1,5 jam. Eenk’s PR
  • Yang selanjutnya aku analisa adalah apakah WKG-ku cukup untuk climb-climb gradient tinggi yang ada di rute. Climb-climb ini butuh WKG tertentu yang kalau aku tidak bisa mencapainya, otomatis nuntun.

Analysis results

  • Berdasar analisa ride Eenk, semua masih memungkinkan buatku buat non-stop dari Prambanan ke Klangon. Tapi aku kudu cari pace yang tepat buatku.
  • Dengan FTP ku yang 170an Watt, it’s impossible kalo aku target 1,5 jam dengan avg power 176W kaya Eenk, karena itu over FTP ku dan dengan durasi lebih dari satu jam. Sementara kita tau bahwa nahan power di FTP itu cuma cukup untuk sekitar satu jam. Aku kudu turunin target avg power (pace).
  • Dengan asumsi FTP Eenk di 200an Watt, yang artinya Eenk menggunakan sekitar 80% dari FTP-nya. Dengan hitungan sederhana “80% dari FTP” ini, aku ambil rentang 140–150W. Aku harus sering-sering monitor power output ku melalui cyclocomp sehingga tidak terlalu jauh dari rentang ini.
  • Di beberapa titik menjelang finish terdapat climb-climb dengan gradient besar yang kira-kira butuh 150–300W hanya untuk bisa gerak maju. Artinya aku harus cukup tertib dalam menjaga power di awal supaya masih punya cadangan energi untuk bisa melewati climb-climb ini tanpa nuntun.

Ride result

  • Finish full non-stop dari ring-road Maguwo sampe ke Klangon
  • Kaki udah mulai ngambek di portal Klangon tapi masih bisa dipaksa buat sampe tulisan besar “KLANGON”

Foto yang harus

Merapi sedang malu. Menyelimuti puncaknya dengan awan.

Some stats

.


Closing

Dengan analisa ringan berdasar power dari ride lain, kita bisa atur pacing kita sesuai tingkat performa kita dan target jarak, di rentang mana kita harus memainkan power kita.

Mungkin ada yang komentar “Gowes ya tinggal dipancal.” Tidak salah, dan aku setuju dengan komentar tersebut karena jangan sampai analisis menghalangi gowesnya itu sendiri. Namun yang perlu kita ingat bahwa kepuasan orang itu beda-beda. Penerapan analisis untuk planning yang tepat itu merupakan kepuasan tersendiri.

Analisa yang aku terapkan masih sangat sederhana. Tapi secara konsep, analisa seperti ini bisa dikembangkan untuk pacing saat balapan – dengan level power yang berbeda, variabel yang lebih lengkap, dan perhitungan yang lebih kompleks tentunya.

Last-corner

Ciao!!!


Terima kasih buat Eenk yang udah bantu provide data-datanya, foto-foto, dan, tentu saja, menemani dan menyemangati selama ride (ya… beberapa kali aku ditinggal ke depan buat ngudud).

Terima kasih buat Amar Muammar dan Bogipower yang sudah memberi masukan terhadap tulisan ini.

Update 8 Juli 2024: kalo butuh hitungan yang “pro”, bisa coba pake ini (bukan endorse). Shout out to Hendy Saputra yang udah nunjukin.